Kamis, Maret 05, 2009

Cerpen ".Cintaku Tertinggal Di Kota itu (Wawa&Aan)" oleh kadek mutiari

Wawa keliatan asyik ngobrol dan becanda bersama teman2nya saling ledek. hari ini Wawa mengisi hari liburnya dengan kawan2nya yang selalu setia menemani ngobrol jika sedang sedih atau penat karena kerjaan. perpustakaan kota ini memang menjadi tempat Wawa ngumpul bersama teman2nya. Wawa selalu keliatan ceria bisa ngobrol dengan teman2nya itu.
"sorry Wa...aku pulang duluan yaa..mesti ngantar ngokap ke rumah sakit" Lina memotong pembicaraan.
"wah sudah sore. aku juga pamit duluan ya" kata Sugeng sambil nelongos pergi...di ikuti oleh te
emen yang lain.
Yaahhh aku di tingal sendirian dech..mau pulang ke kost-an males ga ada siapa. Wawa membatin.
"Maaf boleh saya temani?" kata seorang laki2 sambil mengulurkan tangannya
"A....bo..boleh" Wawa gugup dan terkesima melihat wajah laki2 tampan yang tersenyum manis di depannya.
"saya liat anda sering datang ke perputakaan ini, apakah anda suka membaca?"
kenpa dia tau ya kalau aku sering ke sini. tanya Wawa dalam hati. "iya ..maksud saya ...sebenarnya saya tidak suka membaca buku...hanya ingin ngobrol sama temen2 saja. ...disini tempatnya bagus dan dekat dengan tempat saya kerja" jawab Wawa sambil berusaha untuk tersenyum walau belum hilang rasa kagetnya. "maaf..tadi anda bilang kalau anda seringmelihat saya main kesini, berarti anda jugasering main kesini apakah anda suka membaca?" Wawa balik bertanya. "Hmmm....terpaksa harus suka membaca....saya kesini hanya mencari bahan untuk presentasi....ya tugas kerjaan"
"Boleh saya tau apa pekerjaan anda?" tanya Wawa memberanikan diri. "Pekerjaanku melayani masyarakat luas, dari bayi sampai lanjut usia. Sekarang saya balik tanya apa pekerjaanmu?" tanya cowok itu tidak mau kalah. "hmm..pekerjaan saya juga melayani masyarakat luas....dari balita sampai lanjut usia hehehe" Wawa berusaha untuk becanda. Dan tepat. cowok itu juga ikut tertawa. mereka seperti sudah lama berteman.
"Oiya kita belum kenalan yaa. nama kamu siapa?"
"kamu duluan donk" Wawa mencoba mengulur waktu.
"nama saya panjang...tapi karena sejak kecil ibu saya memanggil aku dengan sebutan Aan, jadi kamu panggil aku Aan aja"
"Namaku juga panjang, saking panjangnya, teman-teman menyingkat namaku menjadi WAWA. jadi panggil aku wawa saja" Hahahaha Aan tertawa mendengarnya. mereka keliatan semakin akrab.
"Ngomong-ngomong Wawa asli orang sini?"
"bukan, saya berasal dari kota yang inisialnya sama dengan kota ini. saya merantau ke kota ini 6 tahun yang lalu" Wawa menghentikan tawanya dan keliatan sedikit murung.
"Saya penduduk asli kota ini. jadi kalau ada kesulitan jangan sungkan minta bantuan ke aku ya" Aan seolah tau apa yang dirasakan Wawa saat ini. Dan Wawa merasa senang sekali merasa ada yang memberikan perhatian. langit sudah mulai gelap. malam itu Wawa dan Aan berpisah setelah bertukar nomer poncell dan alamat masing-masing.
Sejak perkenalan itu Wawa keliatan selalu ceria. senyumnya yang lama hilang kini kembali menghiasi bibirnya yang lumayan manis kata ibunya Wawa. Padahal Wawa merasa kompleks terhadap bibirnya yang menurutnya terlalu tebal untuk ukuran cewek. Cewek itu seharusnya berbibir tipis. Wawa selalu membathin setiap ngaca di cerminnya.
Setiap hari Wawa selalu berdebar-debar menunggu SMS atau telpon dari Aan. SMS dan Suara Aan selalu memberikan semangat buat Wawa. Apalagi Aan jago nyanyi. Aan sering menhibur Wawa dnegan menyanyikan lagu-lagu kenangan.Maklum Aan biasa menyanyi sejak kecil di gereja. suaranya sangat merdu di telinga Wawa.
Suara alarm clock membangunkan Wawa di pagi itu. "Huhh kenapa hari minggu datangnya bukan tiap hari ya...." Keluh Wawa sambil turun dari tempat tidur dengan mata yang masih terpejam "Oiyaaaa....hari ini ulang tahunnya Aan" Wawa berteriak sendirian sambil bergegas meraih poncellnya dan mulai mengetik "Selamat pagi Aan sudah bangun belum? hari ini tanggal15 November adalah ultahmu. aku ingin mengucapkan ..selamat ulang tahun yaa..semoga sukses" Wawa buru-buru memencet "send" dan ingin agar Aan segera membaca SMS nya.
Dan benar. tidak lama berselang datang balasan SMS dari Aan "Terimakasih banyak ucapannya. saya gembira sekali masih ada seorang teman yang ingat ulang tahun saya. Tapi sekalian saya ralat. yang benar ulang tahun saya adalah tanggal 17 Novemver. bukan tanggal 15 ok"
"Duuuhhh.....gimana sih aku ...bikin kesalahan besar disaat-saat penting begini...khan malu sama Aan" Wawa mengumpat dirinya. tapi ga pa pa yang penting khan bagaimana niat saya...Aan pasti mengerti dan memaafkan aku. Harap Wawa. (Bersambung)Cuaca siang ini sangat cerah. Secerah wajah Wawa yang keliatan sibuk dengan kerjaan di kantornya.
"Wawa....waktunya makan siang...kita ke kantin yuk"
"Eh Lina bikin kaget aja" Wawa menghentikan kerjanya sedikit kaget melihat sahabatnya itu sudah berada di sampingnya.
"oiya aku lupa hari ini khan ultahnya Aan, dia mau traktir kita makan siang di restoran dekat perpustakaan" jelas Wawa sambil merapikan meja kerjanya.
"oooo ultah Aan tgl 17 november ya. Asyiiikk kebetulan dompet sedang menipis"
"Bukannya menipis, tapi dompet kamu memang selalu tipis hahaha..." ejek Wawa
Mereka tertawa riang meninggalkan kantor menuju restoran tempat mereka janjian.

Dari kejauhan terlihat Aan sedang duduk menunggu. Wawa dan Lina berlari kecil menghampiri Aan.
"Maaf kami telat...sudah lama menunggu ya" kata Wawa dan Lina berbarengan
"Ga pa pa ..aku juga baru aja nyampe. silahkan duduk" sambut Aan sambil berdiri menarik dua kursi dan mempersilahkan Wawa dan Lina duduk.
Aan adalah pria tampan yang sangat sopan dalam tutur kata maupun dalam bertingkah laku.Aan selalu bisa memperhalus kata "jelek" menjadi "kurang bagus". Diam-diam Wawa semakin mengagumi Aan.
"Silahkan pesan makanan. Pasti sudah pada lapar ya..." Aan menyodorkan menu makanan.
"Terimakasih. oiya Aan selamat ulang tahun ya...Wawa mengatakan kalau hari ini ultahmu"
"Terimakasih Lina. Sebenarnya aku lupa ultahku karena selama ini tidak ada yang mengingatkan ultahku. makanya hari ini sangat special bagiku karena Wawa mengingatnya" Aan melirik Wawa yang tersenyum simpul merasa tersanjung oleh pujian Aan.
Makanan yang mereka pesan sudah berada di depan mereka dan siap untuk di santap. mereka tenggelam dalam obrolan dan tawa mereka.
"Waktu istirahat sudah habis, kita mesti balik lagi ke kantor" Wawa memotong pembicaraan.
"Tunggu sebentar. Wawa...ini kado buat kamu" Aan menyodorkan bingkisan yang di bungkus rapi.
"Looohhh hari ini bukannya ultahmu Aan...kenapa malah saya yang dapat kado?" Wawa merasa heran penuh tanda tanya dan belum berani menerima kado itu.
"Iya tapi kado ini sebagai tanda terimakasih saya karena kamu telah mengingat ulang tahun saya. Terimalah...." Aan berusaha meyakinkan Wawa yang sedang kebingungan.
"Kalau Wawa ga mau biar buat aku aja "Celetuk Lina menggoda Wawa. Mendengar itu tanpa ragu lagi Wawa menerima kado itu. Nah gitu doonk.
Wawa kembali ke kantor dnegan hati bergunga-bunga tidak sabar untuk membuka dan mengetahui isi kado itu.

Ternyata kado dari Aan adalah selembar selendang sutra berwarna beige/coklat muda warna kesukaan Wawa. Entah sudah berapa lama dia berdiri di depan cermin melihat dirinya mengenakan selendang sutra itu. merasa bangga karena itu pemberian dari Aan.
Saat itu ponsel Wawa bunyi. Ternyata pesan singkat dari aan
"Selamat malam sayang...sedang ngapain? kangen"
"Sayang???" Wawa mengucek-ucek matanya takut salah membacanya.Hati Wawa berbunga-bunga. Wawa telah lama menunggu kata-kata ini dari Aan. Apakah ini tanda ungkapan cinta dari Aan? tapi kata sayang khan bukan berarti cinta. Jaman sekarang kata sayang bisa di ucapkan utnuk siapa saja. Wawa masih merasakan keraguan didalam hatinya.
Saat itu juga poncell yang masih dalam genggaman Wawa berbunyi kembali. Kali ini telpon dari Aan. Dengan tangan gemetar Wawa menjawab telpon dari Aan.
"Halo Wawa apa khabar.. lagi ngapain?" Terdengar suara Aan di seberang.
"Lagi santai membaca SMS dari kamu" Wawa menjawab dengan setenang mungkin agar tidak ketahuan gejolak hatinya saat ini.
"Ada yang ingin saya katakan padamu Wawa. Sebenarnya ingin mengatakan langsung saat kita ketemu. Tapi saya tidak kuasa lagi menahan perasaan ini. Saya sayang sama kamu, dan saya tau kalau saya mencintaimu Wawa." Tidak ada keraguan dalam kata-kata yang terlontar dari mulut Aan.
"Sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama" Wawa merasa terharu karena perasannya tersambut.
Terimakasih Wawa...selama ini saya selalu ragu mengatakannya takut kalau kamu menolak." Aan juga merasa terharu.
"Berarti mulai saat ini kita telah menjadi sepasang kekasih?" Wawa masih belum percaya.
"Iya dan untuk merayakannya bagaimana kalau hari minggu ini kita jalan...kencan gitu"
"Dengan senang hati. kebetulan lagi ingin refreshing. Penat dengan kerjaan. Wawa menerima ajakan aan
"Kalau begitu sampai jumpa hari minggu. sekarang Wawa istirahat dulu ya besok khan harus kerja lagi. met bobo ya"
"Met bobo juga Aan daaaagg..." Wawa menutup telpon dan berjingkrak menuju tempat tidur. Malam ini pasti mimpi yang indah.

Terlihat Wawa dan Aan berjalan bergandengan tangan di antara pengunjung yang ingin menyaksikan keindahan dan kesejukan udara di gunung yang terkenal dengan legendanya itu. Aan sengaja memilih Gunung ini sebagai tempat kencan pertama mereka karena Wawa pernah bercerita kalau Wawa belum pernah ke gunung ini sebelumnya dan Aan tau kalau Wawa tertarik dengan Gunung ini.
"Wawa dingin sayang?"
"Ga...ga....terasa sejuk dan segar. bisa melepaskan penat" Wawa sedikit gugup dengan tatapan Aan. Ah..ternyata mata Aan begitu teduh dan menyejukkan. Baru kali ini Wawa melihat mata Aan dengan jelas dan dekat sekali.
Aan menjadi "Guide" yang baik bagi Wawa. Dengan telaten menjelaskan cerita legenda gunung ini. Sekali-sekali terlihat tangannya menunjuk jauh di ikuti oleh pandangan mata Wawa. Wawa sibuk dengan camera nya jepret sana-sini mengabadikan keindahan pemandangan. Tentu saja tidak lupa untuk mengabadikan foto mereka berdua.

Wawa sangat menikmati detik demi detik bersama Aan. Selama disisi Aan, senyum Wawa tidak pernah lepas dari bibirnya. tidak terasa waktu berjalan sangat cepat.
"Sudah sore sayang...turun yuk laper nih" Aan mengingatkan
"Iya ya...sudah sore" Wawa melirik jam tangannya.
"Tapi sebelumnya kita beli oleh-oleh buat Lina dan temen-temen kantor ya" Aaan menyeter tangan Wawa menuju souvenir shop yang berjejer di sepanjang jalan.
Dengan menjinjing kantong plastik berukuran besar di kedua tangannya, Aan mengajak Wawa kembali ketempat parkir mobilnya.
"Kita mau makan dimana?" tanya Wawa sambil memasang sabuk pengaman.
"Kita akan makan dirumah makan langganan saya. disana masakannya enak, suasananya tenang dan bangunannya cukup luas" Aan menutup pintu mobil dan mulai melajukan mobilnya sambil sekali-sekali melirik Wawa yang duduk di sebelahnya. Tak pelak lagi pandangan mereka beradu dan membuat Wawa salah tingkah.
Tidak lama mobil Aan memasuki halaman rumah makan yang terletak di pinggir jalan tidak jauh dari gunung itu.
Benar kata Aan. Rumah makan itu cukup luas dengan taman yang di tata rapi. Dengan interior antik. Perhatian Wawa tertuju pada kereta kuda antik dengan ukuran yang cukup besar yang di pajang di tengah-tengah bangunan itu. Aan menjelaskan kalau kereta itu dulu benar-benar di gunakan sebagai kendaraan oleh raja di jaman itu.
Saat menunggu pesanan tiba, seorang sales mendekati meja tempat Wawa dan Aan duduk. Sales itu menawarkan beberapa jenis madu yang katanya hasil dari petani madu di daerah pegunungan situ.
"Silahkan pak...ini madu seratus persen madu asli tanpa campuran. yang ini bagus untuk kesehatan kulit, yang ini bagus untuk peredaran darah......" sales itu menjelaskan produknya kepada Aan.
"Coba tanyakan sama istri saya" entah kenapa Aan berkata seperti itu.
Hah..istri? Wawa celingukan
"Mama..pilih yang mana sayang?" Aan memandang Wawa dan dengan pelan menginjak kaki Wawa di bawah meja memberi syarat.
"Pilih yang mana yaaa...." My God....Aan memperkalukanku sebagai istrinya. Wawa merasa gemes dengan kenakalan Aan.

Langit sudah gelap ketika mereka sampai di tempat kost Wawa.
"Aan terimakasih yaa atas semuanya. Hari ini aku sangat bahagia.
"Syukurlah kalau kamu suka. Saya juga sangat bahagia hari ini. Aan memberanikan diri ntuk mencium lembut kening Wawa.
Semua begitu indah. Kencan pertama, ciuman pertama walau hanya di kening Wawa merasakan kehangatan di hatinya.

Wawa melalui hari-hari bahagianya bersama cinta Aan. Tidak terasa sudah 3 tahun Wawa dan Aan menjalin cinta. Ketika suatu hari oleh bossnya Wawa di tugaskan untuk mengawasi proyek di luar kota selama satu bulan.

Pagi itu Aan mengantar kepergian Wawa sampai di stasiun kereta. Terasa berat sekali bagi Wawa untuk berpisah dengan Aan. Sejak pacaran baru kali inimereka berpisah dalam waktu yang cukup lama.
"Jangan menangis sayang...membuat saya semakin sedih. Toh hanya sebulan dan kita akan bersatu kembali. Aan menghapus air mata di pipi Wawa dengan saputangannya mencoba menguatkan Wawa walau mata Aan juga keliatan berkaca menahan air mata.

Waktu sebulan terasa setahun bagi Wawa. Biasanya meraka setiap hari bertemu. Kini hanya bisa melepas rindu melalui telpon.
Tugas Wawa di kota ini tinggal dua hari lagi. Hari ini hari minggu. Wawa memasuki sebuah departement store untuk membeli oleh-oleh buat Aan. Wawa memilih celana panjang, sebuah kaos dan sebuah digital camera.
"Warna ini pasti cocok buat Aan. Kira-kira Aan suka ga ya..." Wawa membayangkan Wajah Aan tersenyum sendiri tidak sabar untuk melihat kembali wajah Aan.
"Aan...hari ini aku beli oleh-oleh buat Aan. tapi masih rahasia.nanti Aan aja yang buka sendiri ya.."Wawa mengirimkan SMS yang biasanya langsung di balas oleh Aan.
Tapi kali ini tidak seperti biasanya. Sudah sehari menunggu belum juga ada balasan dari Aan. Wawa mulai gelisah. Berkali-kali mencoba menghubungi handphone Aan tapi tidak ada jawaban. Wawa semakin khawatir terjadi sesuatu dengan Aan.

Sore hari itu Wawa tiba di stasiun kereta dimana sebulan yang lalu Wawa berpisah dengan Aan. Tapi sore ini Aan tidak ada disana untuk menjemputnya. Dengan langkah gontai Wawa menuju tempat kost nya.
Sesampai di kamar Wawa merebahkan dirinya di tempat tidur tidak bersemangat. Dia membiarkan saja kopernya begitu saja.
Tanpa di duga Wawa saat itu datang SMS dari Aan.Wawa buru-buru membuka handphonenya ingin segera membaca pesan singkat itu.
"Wawa....maafkan saya. Saya tidak kuasa menolak permintaan Ibu saya" Itulah balasan singkat dari Aan.
Wawa sangat mengerti arti yang tertera pada SMS itu. Bagaikan di sambar petir Wawa lunglai seperti kehilangan pegangan...kehilangan tempat berpijak. Wawa menagis sejadi-jadinya.
Wawa tersadar ketika ada seorang yang menggeplak kepalanya
"Ihhh Lina...main geplak aja. Sakit tau..." Wawa meringis
"Habis...dari tadi diajak ngobrol malah bengooong terus tidak ada jawaban..masih untung aku geplak....seharusnya aku guyur pake air es" Lina menjawab seenaknya.
"Lagi ngelamun yaa...pasti sedang ngelamunin Aan..ayooo ngaku!!" Lina semakin meledek.
"Siapa yang ngelamun...orang lagi asyik ngeliat pemandangan tuhh bagus khan pemandangannya" Kata Wawa berbohong.
Iya Wawa memang sedang teringat Aan..teringat kenagan bersama Aan, teringat perkenalan dan kisah cintanya bersama Aan. Sejak putus dengan Aan, Wawa memutuskan untuk meningaglkan kota kenangan ini. Tapi kerinduannya terhadap Aan yang melangkahkan kakinya untuk kembali lagi ke gunung ini. Gunung tempat kencan pertama Wawa dan Aan. "Aan di manakah dirimu sekarang" Wawa membatin sedih.
"Sudahlah ...lupakan Aan. Khan masih banyak bintang di langit" Lina seakan tau apa yang dirasakan Wawa saat ini.
"huhh sewot amat sih. Aku juga tau kalau di langit ada banyak sekali bintang" Wawa berusaha tertawa agar tidak mengecewakan Lina sahabatnya itu.
Tapi Aan bukanlah bintang....Aan adalah Matahari bagiku. Matahari yang hanya ada satu di dunia ini. Matahari yang pernah menerangi dan memberi kehangatan padaku.
=TAMAT=

2 komentar:

admin mengatakan...

ya salut dengan cerpennya. Maaf sebenarnya aku juga ingin membut cerpen tetapi aku tidak ada pengetahuan untuk itu. BArangkali bisa memberi trik membuat cerpen yang bagus.
Trim
dari edris

akuedris@gmail.com

http://www.formulabisnis.com/?id=ewafa

mutiari balinese mengatakan...

hallo Edris salam kenal ya. terimakasih atas pujiannya. Saya juga buta dengan masalah cerpen. seumur hidup ini cerpen pertama saya. saya sendiri malu membacanya karena ceritanya tidak keruan. mungkin susah di mengerti hehehe